Sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus Corona, pemerintah sudah mulai melakukan rapid test di beberapa wilayah di Indonesia. Sebenarnya, apa itu rapid test? Bagaimanakah keefektifannya?
Jumlah orang yang positif terinfeksi virus Corona (COVID-19) di Indonesia kian hari kian bertambah. Guna mencegah penyebaran virus Corona lebih luas lagi, pemerintah menginstruksikan untuk melakukan rapid test, khususnya di beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki kasus COVID-19 yang tinggi.
Tes ini ditujukan agar pemerintah dan petugas kesehatan bisa mengetahui siapa saja orang yang berpotensi menyebarkan virus Corona dan melakukan tindakan pencegahan agar jumlah kasus COVID-19 tidak semakin bertambah.
Apa Itu Rapid Test?
Rapid test yang banyak beredar saat ini adalah metode untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona.
Dengan kata lain, bila antibodi ini terdeteksi di dalam tubuh seseorang, artinya tubuh orang tersebut pernah terpapar atau dimasuki oleh virus Corona. Namun, perlu Anda ketahui, pembentukan antibodi ini memerlukan waktu, bahkan bisa sampai beberapa minggu.
Hal inilah yang menyebabkan keakuratan dari rapid test antibodi ini sangat rendah. Bahkan dalam sebuah pengamatan, disimpulkan bahwa keakuratan rapid test dalam mendeteksi antibodi terhadap SARS-CoV-2 hanya 18%.
Artinya, jika 100 orang mendapatkan hasil negatif dari rapid test, hanya 18 orang yang benar-benar tidak terinfeksi virus ini. Sementara itu, 92 orang lainnya sebenarnya telah terinfeksi, tapi tidak terdeteksi dengan alat ini.
WHO secara tegas tidak menyarankan rapid test antibodi sebagai sarana untuk mendiagnosis COVID-19. Meski begitu, WHO tetap memperbolehkan penggunaan tes ini untuk penelitian atau pemeriksaan epidemiologi.
Selain rapid test untuk antibodi, baru-baru ini juga dibuat rapid test untuk mendeteksi antigen atau protein yang membentuk badan virus penyebab COVID-19 atau SARS-CoV-2.
Metode rapid test ini memang lebih akurat dari rapid test antibodi. Namun, tes ini hanya akurat untuk pasien dengan jumlah virus yang tinggi di tubuhnya. Sementara untuk orang yang belum diketahui statusnya, keakuratannya cukup rendah, yaitu hanya 30%. Jadi, penggunaan tes ini untuk diagnosis awal sangat tidak disarankan.
Tes yang dapat memastikan apakah seseorang positif terinfeksi virus Corona sejauh ini hanyalah pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan ini bisa mendeteksi langsung keberadaan virus Corona, bukan melalui ada tidaknya antibodi terhadap virus ini.
Prosedur dan Interpretasi Hasil Rapid Test
Prosedur pemeriksaan rapid test antibodi dimulai dengan mengambil sampel darah dari ujung jari yang kemudian diteteskan ke alat rapid test. Selanjutnya, cairan untuk menandai antibodi akan diteteskan di tempat yang sama. Hasilnya akan berupa garis yang muncul 10–15 menit setelahnya.
Hasil rapid test positif menandakan bahwa orang yang diperiksa pernah terinfeksi virus Corona. Meski begitu, orang yang sudah terinfeksi virus Corona dan memiliki virus ini di dalam tubuhnya bisa saja mendapatkan hasil rapid test negatif, karena tubuhnya belum membentuk antibodi terhadap virus Corona.
Oleh karena itu, jika hasilnya negatif, pemeriksaan rapid test perlu diulang sekali lagi 7–10 hari setelahnya. Anda juga tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari walaupun tidak mengalami gejala sama sekali dan merasa sehat.
Bila hasil rapid test Anda positif, jangan panik dulu. Antibodi yang terdeteksi pada rapid test bisa saja merupakan antibodi terhadap virus lain atau coronavirus jenis lain, bukan yang menyebabkan COVID-19 atau SARS-CoV-2.
Sementara untuk rapid test antigen, pemeriksaannya cukup berbeda. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan tes ini adalah hasil swab hidung dan tenggorokan atau bisa juga air liur. Tes ini dapat mendeteksi ada atau tidaknya antigen virus penyebab COVID-19 dalam waktu 15 menit.
Bila hasil rapid test antigen negatif, Anda tetap harus menjalani isolasi mandiri, apalagi jika mengalami gejala saluran pernapasan. Sementara bila hasilnya positif, masih ada kemungkinan bahwa antigen tidak berasal dari virus penyebab COVID-19.
Oleh karena itu, baik menggunakan rapid test antibodi maupun antigen, perlu dilakukan pengambilan swab untuk tes PCR guna memastikan apakah benar terdapat infeksi SARS-CoV-2. Sebelum melakukan tes PCR atau selama menunggu hasilnya, Anda harus menjalani isolasi mandiri di rumah minimal 14 hari.
Selama isolasi, hindari berpergian dan kontak dengan orang lain yang tinggal serumah, sambil menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain dan memakai masker saat harus berinteraksi dengan orang lain.
Selain itu, apa pun hasil rapid test-nya, pantau terus kondisi kesehatan Anda. Bila muncul gejala COVID-19, seperti batuk, demam, suara serak, dan sesak napas, segera hubungi fasilitas layanan kesehatan atau hotline COVID-19 untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Guna mengetahui seberapa besar kemungkinan Anda telah terinfeksi virus Corona, cobalah fitur cek risiko tertular virus Corona yang disediakan secara gratis oleh ALODOKTER. Bila Anda masih memiliki pertanyaan perihal virus Corona, Anda bisa chat dokter langsung melalui aplikasi ALODOKTER. Di aplikasi ini, Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit.
Comments
Post a Comment